Langsung ke konten utama

aku Diantara Pangeran Berjas Hujan dan Kamu


Aku diantara Pangeran Berjas hujan dan Kamu
Hari itu sekitar pukul 16:00 aku sedang menunggu bus di sebuah halte bus, langit yang tadinya cerah tiba-tiba berubah menjadi muram, gelap dan angin yang berhembus begitu kencang, ku satukan kedua tangan untuk melawan dingin. Rasa takut mulai ku rasa, ketika kilatan cahaya dari petir seakan menyambar keatas sebuah bangunan tinggi yang berada tepat didepan halte bus tempatku menunggu bus, dengan spontan aku berteriak “ASTAGFIRULLAH” dan kututup mataku dengan kedua tanganku. Kemudian tak kudengar suara dentuman dari petir tersebut. Sedikit tapi pasti ku rentangkan jemari jemari ini dan mengintiplah aku dari balik tanganku. Tak ada hal yang terjadi dan kubuka tangan yang menutupi mata ini, karena disekitarku ramai, aku mencoba memeriksa keadaan sekitarku dan yang kutemui adalah tatapan kaget mereka yang disekitarku langsung menembakku dan tepat mengenai mata ini. “ADUH “ aku berseru dengan suara pelan, rasanya tuh, maluuu banget dan pengen langsung lari dari tempat itu tapi itu ga mungkin, mau lari gimana? Kilat cahaya aja dah buat aku ga berani ngelangkah dari halte itu.
15 menit berlalu dan langit tetap gelap. Ku lihat sekitar dan semakin banyak orang yang berkunjung ke halte tersebut untuk meneduh dari terpaan hujan yang mulai  turun dengan pasti.
“kriukkkkk kriukkk” perutku mulai bernyanyi dan mengeluarkan irama, ku buka tas kecilku dan kuperiksa mungkin ada sedikit cemilan atau sekedar permen untuk mengganjal rasa laparku.
But nihil.. ga ada satupun benda didalam tas yang bisa ku makan. Miris lah rasanya, kulihat lagi jam tangan berharap bisa mengalihkan rasa lapar yang semakin membuatku mengikatkan kedua tangan diperut sambil sedikit membungkuk. Jam menunjukkan waktu 16:40 dan bus yang dari tadi ku tunggu pun tak ada tanda tandanya, rasa resah dan gelisah seperti saat menunggu seseorang mulai menghantui pikiran ini, yang aku pikir “ mungkin bus yang ingin ku naiki terjebak macet dan sulit untuk menuju halte tempatku sekarang ini dan apa kabarnya aku jika hal itu terjadi” pikiran yang keluar saat seperti ini semakin membuatku panik dan tak bisa duduk dengan tenang.
“Tuhan aku mohon semoga hal yang aku khawatirkan tidak terjadi, tapi jika terjadi aku mohon semoga ada orang yang aku kenal, amien” kututup do’aku dengan membasuh kedua tangan kemuka. Tiba tiba ada orang yang menggunakan jas hujan dan helm yang menutupi muka orang tersebut berhenti dan mematikan motor serta berjalan kearahku. Aku tak ingin kepede-an ”mungkin dia pacar mba mba sebelahku, beruuntungnya mba ini.. atau mungkin dia juga mau meneduh” pikirku. Tapi kenapa sepertinya aku mengenal gaya berjalan orang itu. Tapi karena ga mau kege’er-an aku mengalihkan pandanganku kesebelah kananku, dan saat itu pula ada suara yang memanggil namaku ”asya???” . seketika aku tersentak dan mengarahkan pandangan sambil mencari dari mana asal suara tersebut. Dan ternyata ku dapatkan sumber suara tersebut dari seseorang yang tinggi besar dan menggunakan  jas hujan yang dari tadi aku lihat. “si... siapa ya?? Anda mengenal saya?”  dengan gugup aku bertanya. Dan kemudian dengan perlahan orang tersebut membuka kaca helm. Dan ternyata yang menyapaku adalah......
Rasanya pengen teriak sambil lari lari disekitar halte , tapi itu ga mungkin terjadi, malu cukup sekali ga dua kali ditempat yang sama pula lagi. Ternyata dia itu orang yang dari dulu aku tunggu suaranya menyebutkan namaku. Dia adalah teman SMA ku yang cukup memiliki arti didalam hati, tanpa pernah sekalipun aku mendengar namaku disebutnya, tiga tahun bersama didalam satu kelas dan dengan disadari oleh ku, aku menyukai pribadi dia dan cara dia menyelesaikan persoalan matematika, yang menurutku itu hal yang paling sulit.
“REVANNN???” dengan kaget aku langsung menyebut namanya, dengan cepat aliran darahku mengalir kearah jantung dan jantungku langsung memompa darah kesekitar tubuhku, rasanya dapat kudengar suara pompa jantungku. Tertegun aku terus menatap orang dihadapku itu dengan mimik tak percaaya, hampir 5 tahun aku tak melihatnya setelah kami lulus dari SMA, dan tak pernah kudengar kabarnya, dia seakan menghilang ditelan bumi dan tak tahu dimuntahkan kemana.
Lambaian tangan didepan muka menghancurkan lamunan ku. “heiii... asya?? Kamu baik-baik ajakan??” revan mencoba menyadarkanku dari kebingunganku. Suara itu yang aku tunggu ketika aku tiga tahun bersama didalam kelas dengan revan, revan seakan bisu jika aku bertanya atau ketika dia didekatku, tapi ketika dengan yang lain dia biasa saja, kenapa dia seperti itu kepadaku?, aku mau bertanya pun pasti tak dijawabnya, tapi itu hanya pikirku sendiri tanpa aku berusaha untuk bertanya lagi padanya waktu kami masih satu kelas dahulu. “iyaaa, aku ga kenapa kenapa ko, Cuma....”  tak kulanjutkan kata kataku, dan revan berkata “Cuma apaa???”. Lagi lagi aku dibuatnya tuing tuing ga jelas saat mendengar suaranya.
ehh emang tadi aku ngomong apa ya” pura pura mengalihkan percakapan, aku takut dia membaca gelagat anehku lagi. Perbincangan bertemu kawan lama dan yang aku sukai membuatku lupa terhadap rasa laparku. Ternyata tuhan mengabulkan do’aku begitu cepat. Senyum tersungging terus dimuka ini dan salah tingkah terus terjadi pada diriku. Setelah banyak hal yang kami bincangkan di halte tersebut ternyata hujan sudah reda dan revan mengajakku pergi untuk mencari tempat makan, supaya lebih nyaman lagi berbincangnya setelah sekian tahun tak bertemu. Aku diajakknya menaiki motornya yang lumayan tinggi, karena terlalu tingginya aku sampai harus naik sambil sedikit meloncat dan kesusahan, tapi revan membantuku dia mengulurkan tangannya untuk membantu ku naik keatas motornya tersebut. Rasanya itu kaya dapet uang undian dan mobil mewah yang buat aku tu terbang keatas awan, sayangnya suara kendaraan lain yang mengklakson dari belakang, langsung menjatuhkanku dari atas awan hayalanku dan aku langsung tersadar. Saat gas dinyalahkan motor tersebut langsung melaju begitu cepat dan aku bingung sendiri aku mau pegangan kemana?? Kalo aku pegangan ke perutnya ga enak gimana gitu, nah kalo aku pegangan ke besi yang ada dibawah jok itu lebih memalukan dilihat oleh orang, kesannya kaya ga pernah naik motor aja.
Tapi ternyata tempat makan yang dipilih revan tak begitu jauh dari halte , jadi aku ga harus bingung lagi deh untuk pegangan dimotor harus kemana. Sampailah ditempat makan, dan perut langsung menyambut dengan sorak sorai kembali, seperti pucuk dicinta ulampun tiba . aku langsung memesan makanan dan minuman hangat, untuk menghilangkan rasa dingin dan me-rileks-an pikiran karena shock terapi yang diberikan suaranya revan. Setelah tidak bertemu selama hampir 5 tahun setelah lulus SMA, banyak sekali yang berubah dari diri revan, dari cara dia berpakaian dan menata rambut, kalo dulu waktu SMA revan selalu menyisakan sedikit poni didepan dahinya, kalo sekarang dipotong pendek dan lebih rapih, tapi yang paling drastis adalah dia mau menyapa dan memanggil namaku serta menyapaku terlebih dahulu juga masih mengenaliku. Aku pun akhirnya bertanya “revan, aku mau tanya, waktu SMA dulu, kenapa si kamu ga pernah sekali aja bicara sama aku?? Apaa aku pernah berbuat salah???” setelah ku lontarkan pertanyaan itu, revan tidak langsung menjawab malah mencari sesuatu didalam tasnya dan itu cukup menggangu ku, “ini kamu lihat aja” revan menyerahkan sebuah buku kecil yang sudah sangat usang dan lecek, karena seperti sering dibawa dan dibaca, buku itu kecil seperti buku catatan biasa, berwarna hitam sampulnya dan ada huruf “A” . saat ku membukanya ada tanggal 15 oktober 1999 dan ada kata kata ini hari pertamaku masuk kesekolah SMA dan mungkin aku ga akan pindah pindah lagi....dan seterusnya aku membaca dengan seksama dan hingga aku menemukan tulisan gadis itu duduk tepat dihadapku dengan rambut dikuncir seperti kuda, dan memiliki suara yang selalu keluar saat melontarkan pertanyaan suara itu sedikit menggangu peredaran darahku, tapi aku tak tahu kenapa seperti itu, nama gadis itu adalah “Asya” saat menemukan namaku, mata ini terperanjat dan pikiran ini semakin ingin membaca hingga halaman akhir, lembar demi lembar aku baca dengan teliti hingga aku tak menghiraukan lagi aroma masakan diatas meja dihadapku, hingga pada lembar yang kesekian aku menemukan kata kata sungguh aku ingin menyapanya, tapi jantung ini seakan ingin melonjak keluar dan itu membuatku terdiam dan tak memiliki suara ketika dia didekatku atau bertanya kepadaku, Asya berbeda dengan yang pernah ku kenal yang lainnya, dia begitu ceria disetiap harinya, aku ingin tak sekelas lagi dengannya, tapi jiika hal itu terjadi aku tak bisa melihatnya setiap hari didepanku dong, mungkin perasaan ini adalah .... ah tapi ga mungkin sepertinya setelah hampir satu tahun aku tak pernah sedikitpun berinteraksi dengannya dan sepertinya dia juga marah kepadaku...
Tulisan demi tulisan kubaca dan aku mengambil kesimpulan bahwa ada miss comunication yang tak bisa dijelaskan baik olehku atau revan. Pada bagian halaman terakhir tertulis dia adalah A yang selalu aku ingin sapa tapi tak bisa kusapa karena alasan yang aku sendiri tak tahu. Setelah selesai kubaca halaman terakhir itu , aku langsung menatap revan dan sedikit bingung apa arti dari buku ini dan kenapa tertulis “A” mungkinkah itu inisial namaku?? Tapi sepertinya tidak mungkin, karena yang aku tahu sewaktu SMA dahulu revan dekat sekali dengan salah seorang siswa yang mendapat predikat terfavorite dan aku mengambil kesimpulan sendiri bahwa revan memiliki hubungan khusus dengan siswa itu. Saat aku melihat revan dahulu bersama dengan siswi itu , aku tak tahu kenapa aku merasa sesak dan marah. Ketika aku marah kepada revan tanpa aku tahu alasannya aku sengaja mengganggu revan dengan segudang pertanyaan, karena aku tahu ketika aku bertanya, revan tak akan mau menjawabku dan akan memukul meja dan itu membuatku senang karena telah mengganggunya yang telah membuat ku sesak setelah melihat dia dan siswi tersebut.
heiii, kenapa lagi?? Ko bengong lagi? Ada yang salah sama aku??” suara itu lagi lagi menghancurkan lamunan panjangku, dan tiba tiba rasa lapar yang tadi tertunda muncul lagi, dan kali ini aku sungguh tak tahan dengan rasa laparku, ku alihkanlah perbincangan itu dengan menyuruh revan untuk makan dahulu.
Aku mulai menyantap makanan yang aku pesan tadi. Tiba tiba HP ku berdering ringan dan terlihat tanda itu sms, aku membuka HP ku dan melihat message yang berasal dari atasanku, dia adalah Mas Rama. “Asya... gmna?? Kamu kehujanan gak?? Posisi kamu dimana??? Gimana klo kita pulang bareng???” membaca sms dari Mas Rama aku langsung tersedak dan Revan langsung berpindah posisi duduk kesampingku sambil membantuku dengan menepuk ringan pundakku, ada apa Asya??? apa ada hal yang terjadi??? . Revan terus berusaha  membantuku untuk mengobati tersedakku.
Akk....akku aku ga apa apa Revan, makasih ya bantuannya.. dengan terbata bata aku menjawab pertanyaan dari Revan. Tak berapa lama terdengar kembali deringan HandPhone disekitar kami, tapi kali ini bukan berasal dari HP ku, melainkan dari HP Revan, Revan kembali kedalam posisinya semula. Dan langsung mengambil HP nya yang berada didalam Tas pundak yang diletakkan diatas bangku, hallo... Re, ada apa?? Oh yang itu, iya udah ,kamu sendiri gimana? Oh,aku.. aku lagi makan nih, iya nanti aku kesitu..
Mendengar percakapan Revan dengan orang disana membuat aku bingung, apa itu pacar Revan yang menelpon?? Atau siapa? 5 tahun tak bertemu pasti dia sudah memiliki tambatannya.. aku berbincang dengan hatiku sendiri. Aku mencuri tatapan kepada Revan, dan ketika Revan sadar aku sedang menatapnya, diapun langsung menoleh kearahku. Aku malu dan langsung tersentak serta menoleh kearah yang lain, tiba tiba Revan memotong tatapan ku dengan berkata tadi  itu Rere teman sekantor aku yang kebetulan dia itu rumahnya satu komplek denganku dan dia sedang meminta bantuannku untuk menyelesaikan tugasnya. Tanpa aku harus bertanya kepadanya dia memberitahuku. Aku tak mengerti sebenarnya kenapa dia memberitahuku.
Saat aku mau bertanya kepadanya tiba tiba aku melihat sesosok laki laki yang aku kenali berjalan dari arah belakang Revan dan mengarah ke meja kami, dia itu atasanku yang tadi meng-sms ku, saat aku melihatnya dia melambaikan tangan kearahku dengan ekspresi terkejut dan terlihat senyum yang begitu tulus, saat itupun aku dengan refleks tersenyum balik dan melambai balik, Revan langsung membalikkan badannya dan melihat kearah Mas Rama. Heii aku pikir tadi siapa, ternyata kamu disini, ko bisa ya... kita ketemu ga sengaja gini? Aku pikir kamu udah pulang Sya..  Mas Rama dengan ramah dan pertanyaan yang bukan basa basi serta terlihat sekali memperhatikanku selama ini membuat hati ku bertanya kembali, siapa ?? dia yang 5 tahun aku tunggu. Atau dia yang baru 1 tahun aku kenal. Eh mas Rama, iya aku sendiri juga bingung. Belum mas , aku tadi ketemu temen SMA, oh iya kenalin Mas Rama ini Revan, Revan ini Mas Rama dia atasanku dikantor. Mas mau kemana?? gimana kalo makan dulu disini saama kami??? Akhirnya Mas Rama pun memutuskan untuk makan dahulu bersama kami. Perbincangan kembali menghangat dikala dingin hujan yang terus membekukan hati dan suasana yang aku rasa.
Kami berbincang cukup banyak dan ternyata Mas Rama dan Revan cepat sekali  akrab. Tak terasa makanan kami telah selesai kami santap , karena waktu yang sudah malam kami memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing, saat aku hendak berdiri Mas Rama memegang tanganku dan berkata, Sya, kita pulang bareng yah, nanti kamu sakit kalo kamu kehujanan. Saat itu aku bingung, harus pulang dengan siapa ? Revan kah yang tadi mengajakku pertama kali, atau Mas Rama?? Aku melihat kearah Revan dengan mata berharap bantu aku, belum sempat aku menjawab mas Rama berkata kembali Ibu sakit Sya, dan ingin bertemu kamu, Laras juga katanya kangen sama Mba Asya, mau kan kamu temuin ibu, siapa tahu ibu bisa membaik keadaannya. Saat aku hendak menjawab terdengar suara dari Revan aku ga papa ko Sya, Ibunya Mas Rama kan lagi sakit, kapan kapan aja ya kita pulang barengnya. Kamu ga usah ga enak sama aku, akku ga papa.
Mereka berdua membuatku menjadi berada diantara kebimbangan. Dari gelagat mereka aku tahu mereka sama sama memiliki rasa kepadaku, ini bukan kepedean tapi fakta, Revan dengan buku inisial A, dan Mas Rama dengan perhatiannya serta cara dia mengenalkanku kepada keluarganya.
Kamipun berpisah, saat kami saling membelakangi aku menoleh dan melihat Revan, saat itu aku hancur karena aku memilih untuk bersama sama dengan Mas Rama, sedang Revan aku tinggal sendiri. Tak kusadari air mata menetes dipipiku dan mas Rama sadar akan itu, dia berhenti melangkah dan akupun sama, Mas Rama  menghapus air mataku dengan halus dan berkata kamu kenapa Sya? Ga enak badan?? Kenapa nangis?? Aku tak dapat menjawab yang sebenarnya dan aku hanya menjawab, aku tak apa apa, mungkin karena aku menguap jadi aku meneteskan air mata. Itu alibiku untuk menutupi apa yang sebenarnya aku rasa.
Tak terasa aku dan mas Rama sampai dirumah mas Rama, dan langsung disambut dengan larinya seorang gadis kecil yang memanggil Mba Asya, sambil melambaikan tangan kepadaku. Gadis kecil itu adalah adik perempuan Mas Rama yang berusia 12 tahun, karena Mas Rama hanya memiliki satu adik dan tak memiliki kakak, maka Mas Rama dan Laras begitu dekat. Kami bertiga pun masuk kedalam rumah dan Mas Rama serta Laras langsung mengantarku kearah kamar Ibu mas Rama, aku melihat seorang wanita yang seumuran dengan ibuku dirumah sedang terbaring lemas dikamar dengan menggunakan baju hangat.
Aku langsung menghampiri ibu Mas Rama dan memberikan hormat dengan bersaliman dan mencium pipinya, Mas Rama pun sama denganku dan langsung berpamitan untuk menuju kekamarnya dan karena ingin ganti pakaian. Ibu Mba Asya dateng juga ya, udah lama banget ya bu, Mba ga main kesini dengan ceria Laras berkata kepada Ibunya. Ibu Mas Rama tersenyum dan memegang tangan ku serta menyuruhku untuk duduk disampingnya, dia menggenggam tanganku dengan hangat dan berkata lirih ibu punya satu permintaan kepada nak Asya, Ibu mohon nak Asya untuk menerima Rama sebagai suamimu, Ibu sangat bahagia tadi saat kalian beriringan masuk kekamar ibu, ibu melihat Rama begitu bahagia membawa mu kepada ibu.
Saat mendengar permintaan Ibu Mas Rama jantungku terasa berhenti berdetak dan napasku seakan terhenti aku sangat terkejut mendengar hal itu, aku bingung apa yang harus aku jawab, aku hanya tersenyum dan menatap kearah Ibu Mas Rama, dengan tatapan yang masih bingung, serta terkejut.
Setelah begitu banyak yang aku bicarakan dengan keluarga Mas Rama terutama Ibu mas Rama, akupun berpamitan pulang karena memang sudah malam, karena saat itu ayah mas Rama sedang diluar kota jadi aku tak bertemu dengan beliau, dan saat aku akan pulang ibu memelukku dengan erat sambil berbisik jadilah anak Ibu dengan erat dan halus pelukan itu aku akhiri dengan ciuman lembut dipipi ibu. Laras yang saat itu telah tertidur disamping ibu, ku usap rambutnya dan kulihat senyum diwajah laras, membuatku merasa menemukan keluarga keduaku.
Aku dan mas Rama keluar dari rumah itu, dan saat ini penampilan Mas Rama berbeda, dia lebih santai dengan menggunakan kaos berwarna putih dan jaket berwarna coklat, saat kami sedang berjalan dia menggandeng tanganku dan berhenti tepat didepan mobil mas Rama, dia menatapku dan itu sangat mengganggu pikiranku yang sedang bimbang, dia mendekatkan wajah dan berkata terima kasih sudah mau berbincang dengan ibu dan sambil melepaskan jaketnya dan mengenakannya kepadaku, kamu pasti lelah hari ini mas Rama berkata seperti itu sambil mengenakan jaket itu kepadaku, saat itu jantungku kembali berdegup kencang, aku sangat bingung dengan apa yang kurasa, terlebih karena jarak yang begitu dekat antara mas Rama dan aku, itu membuatku salah tingkah dan serba salah dalam situasi ini, tiba tiba HP ku berdering dan itu membuat mas Rama tersentak dan akupun sama serta membuat kami kembali ke posisi yang seharusnya, aku mengangkat telpon yang ternyata dari ibu dirumah kamu dimana nak? Ko belum pulang?? Aku langsung menjawab maaf ibu aku , sedang berada dirumah mas Rama, Ibu mas Rama sakit jadi aku menjenguk tapi ini sudah mau pulang. Saat menjawab telepon dari ibu aku sambil melihat kearah mas Rama, dan mas rama memberi isyarat kalau dia ingin berbicara dengan ibuku, akupun langsung memberikan telepon itu kepada mas rama. Hallo, ibu... ini saya Rama, maaf ibu saya tadi sudah berusaha menelpon kerumah ibu tapi tidak diangkat, tadi saya mau minta izin untuk membawa Asya kerumah. Ibu pun menjawab oh iya maaf nak Rama tadi ibu sedang sibuk sedikit, iya ga apa apa ibu percaya sama nak rama, dan semoga ibu cepat sembuh ya nak rama, maaf ibu belum kesana, soalnya Assya ga cerita si.. rama menjawab kembali iya ibu, soalnya saya juga baru memberi tahu Asya tadi sore, baik kalau begitu saya antar Asya sekarang juga ya ibu, terima kasih asalamualaikum. Percakapan antara ibu dan Mas rama pun selesai, dan mas rama langsung membukakan pintu depan dan mempersilahkan aku untuk masuk kedalam mobil.
Kamipun langsung menuju kearah rumahku. Dan kebisuan kembali terjadi didalam mobil, tapi mas Rama menghangatkan suasana dengan memutarkan lagu jazz kesukaanku yang berjudul LUCKY by jason mraz. Saat mendengar lagu itu aku semakin terperangkap didalam kebimbangan batinku yang terus bergelut harus mana yang aku pilih.
Karena masih terasa kebisuan, mas Rama memulai percakapan dengan berkata kamu kenapa? Ko setelah bertemu ibu, aku lihat kamu jadi diam dari tadi? Apa ibu salah bicara sama kamu??  Aku yang masih terperangkap didalam pikiranku sendiri tak menjawab pertanyaan mas Rama, Sya, kamu kenapa???  Hingga mas Rama berkata kedua kalinya aku baru tersadar dan langsung berkata ya kenapa mas??? Tertebak sekali dari tadi aku duduk dimobil bersama mas Rama, tapi pikiranku entah melayang kemana. Aku melihat kearah mas Rama dan teringat pesan Ibu mas Rama. Mas rama begitu hangat dan perhatian kepadaku serta sangat baik dan menerima keluargaku dengan sederhana. Dan itu jujur telah mencuri hatiku, tapi itu sebelum hari ini, sebelum aku bertemu dengan Revan yang aku tunggu selama 5 tahun. Ibu dirumah juga terlihat sekali sangat ingin aku bersama mas Rama, begitu juga ibunya Mas Rama.
Kamu lagi banyak pikiran ya??? Ucapan mas rama lagi lagi membuatku tersadar dan mengembalikan pikiranku kedalam diriku yang ada dimobil. Tadi aku mendengar percakapan kamu sama ibu, tentang permintaan ibu agar kamu menjadi istri aku, maaf Asya jika itu jadi membuat mu tak nyaman, ibu sangat senang sama kamu, makanya ibu berbicara seperti itu. Aku terkaget mendengar kalau mas Rama sebenarnya telah mengetahui percakapanku denga Ibunya.
Sebenarnya, memang itu mas yang dari tadi mengganggu pikiranku aku bingung, aku.... aku.. tiba tiba Hpku berdering dan kulihat itu panggilan dari Revan, aku menarik napas panjang dan mengangkatnya asalamualaikum, hallo Revan, kenapa??? Belum ,aku belum sampe sekarang lagi dimobil sama mas Rama, mungkin setengah jam lagi aku sampe, kamu gimana udah nyampe?? Iya tenang kan aku sama mas Rama, oke kalo gitu asalamualaikum, ku akhiri percakapan itu karena aku ingin menjaga perasaan Mas Rama, karena aku tahu bagaimana perasaannya saat ini.
Untuk mengembalikan suasana aku berusaha berbincang tentang hal yang lain dengan Mas Rama, tentang lagu, tentang pekerjaan dikantor dan semua hal. Akhirnya suasana kembali kedalam yang seharusnya. Dan tak terasa sudah didepan gang rumahku, kami pun turun dari mobil dan mas Rama terus menggandeng tanganku dengan erat, aku bingung harus kulepaskan atau kubiarkan, aku tak ingin memberi harapan kosong kepadanya, aku tak ingin melukai mas Rama dan keluarganya yang tulus kepadaku.
Saat sampai didepan rumah ibu sedang duduk bersama ayah diruang tamu, dan mendengar salamku, ibu langsung membukakan pintu untuk kami, dan mempersilahkan mas rama untuk turut ikut masuk kerumah, ayah yang sedang dudukpun langsung menyambut hangat mas Rama, kedua orang tuaku memang sudah begitu mengenal mas Rama, karena memang sangat terlihat mereka begitu menyatu dan mas Rama bisa masuk kedalam keluargaku dengan sangat mudah.saat sedang bersama ayah, mas Rama sering bertukar pikiran dengan ayah tentang pekerjaan, ibu pun langsung sibuk mengeluarkan teh hangat untuk mas Rama, sedang aku hanya terduduk didepan mas Rama, dengan memperhatikan suasana yang sangat hangat diruang tamu saat malam yang dingin karena rintik hujan diluar.
Setelah berbincang cukup lama kami berempat diruang tamu itu, Mas rama merasa sudah sangat malam dan memohon untuk izin pulang. Akupun disuruh ibu untuk mengantarkan mas rama sampai didepan rumah, saat aku dan mas Rama keluar dari rumah, ibu dan ayah melambaikan tangan dan langsung masuk kedalam rumah, aku berdiri dan berusaha membuka jaket mas rama, karena terlalu dingin diluar sedang mas rama hanya menggunakan kaos bertangan pendek, saat aku sedang sulit membuka jaket itu mas rama membantuku membuka jaketnya, sambil berbisik terima kasih. Mas rama berbalik kearah mobil dan berlalu, aku masih diam dan menatap mobil itu dengan tatapan gelisah karena apa yang aku rasa. Aku juga berbalik dan kembali kerumah, saat memasuki ruang tamu, ibu dan ayah berkata kamu serasi nak sama nak Rama, bagaimana hubungan kalian sejauh ini, kami si berharap hubungan kalian semakin pasti. Mendengar hal itu aku hanya tersenyum dengan tenang dan mengisyaratkan semuanya dalam keadaan terkendali dan sesuai dengan apa yang mereka harapkan, dan aku langsung meminta izin untuk kekamar karena sudah begitu lelah dengan semua kegiatan dikantor dan pemikiranku tentang semua yang aku alami hari ini, sungguh sangat menguras tenagaku.
Aku berdo’a kepada tuhan untuk membantuku memilih diantara mereka berdua, dan menguatkan pilihanku.
Setelah kejadian malam itu sekarang sudah hampir sebulan aku tak bertemu dengan mas Rama, karena dia ditugaskan keluar negri untuk waktu yang belum ditentukan. Mas rama pun tak pernah memberi kabar kepadaku, aku sendiri bingung kenapa setelah malam itu tak pernah satu SMS pun yang berasal darinya, dan tak ada dering telepon darinya. Sedang pertemuaku dengan Revan semakin intens dan kami banyak berbincang serta pergi bersama, hampir jika ada waktu senggang kami pergi dan Revan pun sering main kerumah sehingga ibu dan ayah juga sudah mulai dekat dengan Revan. Aku tak lagi bingung mana yang harus aku pilih. Mungkin ini jawaban dari tuhan atas pertanyaanku waktu itu.
Tapi suatu ketika ibu dan ayah mulai merasa ada yang tak beres dengan aku dan Mas Rama dan Ibu mas Rama pun sempat menghubungi rumah bertanya tentang kabar kami sekeluarga sedang mas Rama yang biasanya intens menelpon tak pernah lagi ada kabarnya. Dari kabar yang didengar ibu dari ibunya mas Rama, yang mengatakan kalau mas Rama sedang ditugaskan keluar negri ibu tak lagi bertanya kepadaku tentang kabar mas Rama. Dan hubunganku dengan Revan yang semakin intens dan semakin membuatku begitu bahagia dengan keadaan ini, dan sampai pada puncak bahagiaku aku mendengar kabar kalau Revan harus dirawat dirumah sakit, saat itu perasaanku remuk karena aku mendengar dia kritis padahal saat kami bersama dia tak pernah memberikan tanda tanda sedang tak sehat. Aku pun tahu kabar ini dari ibunya yang tiba tiba menelponku, saat aku sedang menunggunya ditaman  untuk jalan bersama.
Saat mengangkat telpon dari ibu revan aku sangat terkejut dan tak bisa berkata apa apa, aku langsung lari dan mencari taksi untuk mengantarku kerumah sakit yang diberi tahu oleh ibu revan, sesampainya dirumah sakit aku dengan terus mengusah air mataku terus berlari kecil menuju kamar yang juga diberi tahu ibu revan, saat aku sedang berada di lift lantai satu, aku yang sedang menuju lantai 4, lift itu terbuka dilantai 2 dan sangat terkejutnya aku saat aku lihat Mas Rama didepan pintu lift dan masuk kedalam lift dan mas Rama pun terkejut melihatku.
Kamu mau kekamar revan?? Aku tak dapat menjawab karena masih sangat kaget dengan kabar dari ibu revan dan saat melihat mas Rama yang ada dihadapku sekarang. Kebetulan saat itu lift sedang sepi dan kami hanya berdua, aku bertanya, tuhan kenapa saat ini aku dipertemukan lagi, dan kenapa ditempat ini dan situasi ini.
Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan mas Rama. ternyata hari itu adalah hari kembalinya mas Rama ke Indonesia setelah kurang lebih satu setengah bulan berada di singapore dan tepat saat hendak kerumah dia mendapat sms dari Revan untuk menuju kerumah sakit dan kamar bougenvil 45F, dan itu sama dengan tempat itu sama dengan kamar Revan, aku semakin bingung sebenarnya ada apa ini. Sepertinya keadaan memang sudah diatur seperti ini dan semua terjadi begitu saja tanpa tertebak sedikitpun.
Pintu lift terbuka dan kami sampai di lantai 4, saat itu kami langsung menuju kamar bougenvile 45F dan kami melihat Revan, revan terbaring dikasur pasien dan kedua orang tuanya berada tepat disampingnya, dan aku melihat ibunya terus saja meneteskan air mata walau tetap berusaha tegar, aku melihat revan menggunakan alat bantu pernapasan dan sangat pucat.
Aku berlari dan langsung memeluk tubuh revan yang sudah sangat lemah, aku menangis dan mencengakram tubuh revan dengan sekuatku, aku berusaha bertanya tapi perasaanku bercampur aduk dan lagi lagi hancur melihat dia revan orang yang selama ini bersamaku dan tertawa bersama ternyata sedang sakit dan aku dengan bodoh tak mengetahui itu sama sekali, revan berbalik memelukku dan berkata it’s gonna be alright Asya, i’m Fine, please don’t cry sambil mengusap air mata dari pipiku, dan aku langsung melepaskan pelukanku pada revan, revan yang melihat mas Rama dibelakangku, memanggilnya untuk mendekat dan berkata thanks bro, lu udah kasih waktu ke gue buat gunain waktu terakhir yang gue punya sama Asya, thanks banget, mendengar itu aku bingung sebenarnya ada apa ini. Aku tak berani bertanya karena aku tak sanggup bertanya ketika melihat keadaan revan saat itu.
Ibu revan merangkulku dan berbisik, maafkan ibu, yang tak memberitahumu keadaan revan yang sesungguhnya, ibu hanya menuruti permintaan revan, karena dia tak ingin waktu sedikit yang dia miliki bersama kamu harus terganggu dengan penyakit yang dia miliki, dia ingin mengganti masa 5 tahun yang hilang bersama mu, maafkan ibu, revan terkena penyakit kanker otak dan dia tahu tak ada obat yang bisa menyembuhkannya dan kami juga sudah bisa menerima itu, karena revan selalu menguatkan kami, dia selalu berkata ini karunia tuhan, karena saat dia mendapat penyakit ini, itu adalah saat dia bertemu dengan kamu. Dan saat dokternya yang menelpon saat kalian sedang makan malam bersama saat itu dokter mengabarkan ingin bertemu denga revan dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan masuk sesosok dokter muda perempuan dan saat dokter itu masuk bersama suster aku mendengar ayah revan di belakang berkata revan dokter rere dateng ingin mengecek keadaan kamu. Saat mendengar nama itu aku ingat Rere?? Itukan nama perempuan yang sore itu menelpon dan revan berkata itu teman sekantornya yang ingin minta dibantu tugasnya ,Aku berkata didalam hatiku sendiri .
Revan memperkenalkan aku dengan dokter Rere, dan saat kami berkenalan dokter rere memperlihatkan ekspresi tersenyum tipis dan berbisik revan sangat mencintaimu Asya, dia tak ingin kamu sedih jadi jangan sedih dihadapan dia, saya mohon. Mendengar bisikan itu aku terdiam dan langsung mengusap air mataku. Aku melihat diruangan ini semua keluarga revan telah berkumpul dan suasan sedih dan haru begitu terasa, revan memegang tanganku dan meletakkannya tepat di dada kirinya, aku bisa merasakan detak jantungnya yang lemah dan aku meraskan dingin tangannya ditanganku, dia pun meminta maaf kepada kedua orang tuanya dan memeluk mereka berdua. Aku melihat dan meneteskan air mata, saat mereka selesai berpelukan , aku dan mas Rama dipanggilnya untuk mendekat, tangan revan memegang tangan Mas Rama dan juga tanganku, kami yang berada disampingnya terdiam. Saat itu revan sambil memegang tanganku dan menatapku berkata:
 Asya, sejujurnya saat SMA aku sudah menyukaimu, hanya saja aku tak dapat menyampaikan apa yang aku rasa, dan selama 5 tahun aku mencari kabar tentangmu, dan tanpa kamu tahu aku sudah menemukanmu 1 tahun yang lalu, dan saat aku bertemu dengan mu, itu bukan sebuah kebetulan aku memang sudang memperhatikanmu lama sebelum hari itu, aku tak berani menyapa walau aku tahu itu kau, tapi entah kenapa saat sore itu aku ingin berbicara denganmu, kerinduanku selama 5 tahun tak dapat aku tahan lagi, dan aku tak ingin membuang waktu lagi, aku sudah mengidap penyakit ini dari saat aku SMA kelas 2, tapi saat itu aku masih didiagnosa, dan saat aku bertemu denganmu sore itu, itu adalah hari dimana aku memang sudah positive terkena kanker otak dan sudah memasuki fase yang parah, aku sengaja tak memberitahumu karena aku tak ingin waktu yang sedikit ini jadi hilang begitu saja, untuk Rama, kenapa dia tak menghubungimu, itu karena aku meminta waktu untuk bersamamu sehingga dia mau menerima saat ditugaskan ke singapore sebulan lalu,sebenarnya kantor ku dan kantor rama itu satu merger dan saat itu sebenarnya aku yang ditugaskan tapi aku tahu ada 2 nama yang menjadi kandidat dan ternyata itu rama dan aku memberitahu keadaanku yang sebenarnya kepadanya dan meminta dia untuk memberiku waktu bersamamu sehingga dia mau ditugaskan disana dan bukan dia tak ingin mengetahui apa kabarmu, rama selalu tahu kabarmu dariku Sya, hampir setiap saat dia bertanya tentangmu, dan sebenarnya kami sudah saling mengenal sebelum kamu memperkenalkanku dengannya, itu semua permintaanku dan  jangan kau salah paham dengannya. Maafkan aku yang tak bisa menepati janji pergi bersamamu ketaman mawar yang aku janjikan hari ini. Aku mohon terima lah Rama, aku sudah mendengar tentang permintaan ibunda rama kepadamu malam itu. Aku mohon itu sebagai satu satunya permintaanku kepadamu, dan aku mohon laksanakan itu besok.
Sungguh mendengar itu semua aku tak bisa berpikir waras lagi, apa sebenarnya yang terjadi. Kenapa aku satu satunya orang yang tak tahu diantara kami bertiga. Padahal aku bertemu dengan mereka hampir tiap hari, tapi aku bisa tak mengetahuinya.
Tapi aku tak ingin egois aku tahu pasti ada alasan yang kuat kenapa mas Rama dan revan tak berterus terang denganku tentang itu semua, akhirnya aku menganggukkan untuk melaksanakan 2 permintaan sekaligus, yaitu permintaan Revan dan Ibunda Mas Rama.
Keesokannya kami melaksanakan permintaan itu dengan sederhana disebuah masjid, tapi ternyata tak sesederhana apa yang aku pikirkan,kedua belah keluargapun memaklumi ini semua dan memang pada dasarnya kedua orang tuaku dan kedua orang tua Mas Rama memang sudah saling setuju jadi tak ada halangan yang berarti dari keluarga kami, dan ternyata  Revan telah menyiapkan segala sesuatu dengan detail, mulai dari tempat, pakaian, seserahan, dan semuanya terkecuali cincin dan mas kawin itu telah disiapkan mas Rama sebelum ibundanya memintaku untuk menjadi anaknya. Revan dan keluarga hadir diacara itu dan aku dapat melihat senyum tulus dan bahagia dari wajah revan, sambil duduk dikursi roda, revan yang saat itu mengenakan pakaian putih dan rapih terus tersenyum dan tetap ditangannya terdapat selang infus dan alat bantu pernapasan.
Suasanya berjalan kidmat dan tenang semua terlihat bahagia, akupun sudah merelakan dan menerima mas Rama untuk menjadi pendampingku, bukan lagi karena terpaksa demi memenuhi permintaan terakhir dan satu satunya dari revan atau untuk menyenangkan kedua orang tuaku yang merasa bahwa mas Rama adalah yang terbaik untukku, atau untuk melakasanakan pesan dari ibunda mas Rama. ini semua aku lakukan karena sekarang aku sadar mereka berdua, mas Rama ataupun Revan sama sama menyayangiku dan tuhan memiliki rencana yang indah, karena aku bisa merasakan kebagaiaan saat ini untuk diriku sendiri. Walaupun setelah aku merasakan kehancuran dan jatuh bangun dalam gejolak hati ku saat dihadapkan dengan semua ujian dari tuhan.
Ijab dan qabul terjadi sesuai dengan syariat dan kami sudah sah menjadi keluarga dan saat kata kata terakhir dari mas Rama saat membacakan janji untuk bersamaku dan terdengar kata sah dari para saksi, tiba tiba revan menarik napas dengan tersengal sengal dan aku segera menghampiri revan diikuti dengan mas Rama dibelakangku, dan saat aku tepat dihadapannya dan mas rama juga dihadapan revan, dia menyatukan tangan kami dan berkata berbahagialah kalian semoga menjadi keluarga yang bahagia dan diberkati tuhan, selamat tinggal, kalian telah menjadi penutup hariku dengan bahagia.
Saat itu tangisku tak dapat lagi aku tahan, bukan karena sedih tapi karena bahagia telah dizinkan untuk mengenal dia , Revan yang dahulu aku ganggu dan pernah menjadi bagian dari hari hariku yang bahagia, dan kini telah menjadi sahabat yang memberikanku kebahagiaan yang terakhir yang dapat diberinya .
itulah aku kamu dia dan akhir yang bahagia untuk semuanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uniknya Pasar Apung

saya hari ini tak begitu banyak memiliki kesibukan dan tak bisa keluar kost-an karena hujan so internetan aja deh .. berhubung modem sudah dipasang paket internet, sayang jika tidak digunakan.. so iseng tangan memencet tuts " Pasar Apung di kalimantan" langsung search Image dan banyak gambar yang muncul, jadi ingin buat catatan tentang pasar yang satu ini, pasar yang sangat unik, siapa yang setuju ? like bisa kaliii.. hehehe.. mari kita mulai. Pasar seperti yang kita ketahui adalah tempat dimana penjual dan pembeli bertemu untuk bertransaksi menjajahkan barang dagangan ( ilmu ekonomi banget ini ) . Walau tak selamanya pasar itu harus bertemu langsung antara pembeli dan penjual seiring perkembangan Zaman. hehehe sok update deh saya ini.. :) nah di Indonesia ternyata pasar itu tak selamanya harus di daratan loh ternyata temen temen.. lihat dehh poto yang satu ini sumber foto : http://portalbanjarmasin.com/wisata-pasar-terapung-muara-kuin-di-kota-banjarmasin/ nah uniknya k

MANAJEMEN KEUANGAN KOPERASI

MANAJEMEN KEUANGAN KOPERASI Kali saya mendapatkan tugas softskill kembali, namun sekarang materi yang akan dibahas adalah mengenai manajemen keuangan koperasi. Pengertian dari manajemen keuangan koperasi a yaitu merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh koperasi dengan tujuan untuk mendapatkan modal yang menguntungkan bagi koperasi, dan penggunaan modal yang secara efektif serta efisien dan memperhatikan prinsip prinsip ekonomi serta prinsip koperasi . Pengertian manajemen keuangan diatas mengandung beberapa hal penting antara lain sebagai berikut : 1.        Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yaitu minimal fungsi POAC yaitu planning, organizing, Actuating dan controlling 2.       Kegiatan pencarian dana 3.        Kegiatan penggunaan dana yang telah diperoleh dari anggota 4.       Serta prinsip ekonomi dan prinsip koperasi sebagaimana saya sebutkan dibawah ini: a.        Prinsip perinsip ekonomi sebagai berikut : 1.        Rasionalitas adalah tindakan yang p

PAPER PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang             Pada Pasar ini permintaan dan penawaran bergerak secara leluasa. Karena dalam pasar ini terdapat banyak penjual dan pembeli. Sehingga harga yang terbentuk dikarenakan keinginan produsen dan konsumen. Karena permintaan mencerminkan konsumen dan Penawaran mencerminkan Produsen.             Dalam pasar persaingan sempurna terdapat banyak penjual dan pembeli. Artinya jumlah penjual dan pembeli sama-sama banyak, maka harga tidak bisa dipengaruhi oleh satu penjual atau pembeli saja. Sehingga penjual dan pembeli telah menerima tingkat harga yang terbentuk didalam pasar sebagai suatu dantum atau fakta yang tidak dapat diubah. Bagi pembeli, barang atau jasa yang ia beli merupakan bagian kecil dari keseluruhan jumlah pembelian masyarakat. Bagi penjual pun berlaku hal yang sama sehingga bila penjual menurunkan harga, ia Akan rugi sendiri, sedangkan bila menaikan harga. Maka pembeli akan lari penjual lainnya. 1.2 Rumusan masalah 1.       Ciri-Ciri P